Sunday, April 30, 2023

RUANG PUBLIK

 

Mengabadikan gambar tersebut, ada perasaan sedih dan lucu. Betapa tidak, dua orang anak SD sedang bermain air di salah satu kolam  yang berada di alun-alun Batu. Mungkin ini adalah sebuah gambaran semakin sedikitnya ruang terbuka gratis yang dapat dinikmati oleh anak-anak. Sekarang untuk sekedar bermain bola, harus menyewa lapangan futsal berbayar. Mau main air di sungai, debit air sungai semakin kecil dan tentunya air sungai saat ini semakin keruh. Tidak heran apabila anak-anak sekarang lebih tertarik bermain gadget, daripada harus bergerak di ruang terbuka. Tak ada sesuatu lagi yang membangkitkan gairah anak-anak untuk menghabiskan energinya di ruang terbuka.

Aku masih ingat, pada tahun 90 an alun-alun Batu yang berada di depan rumah hanya berupa taman dengan fasilitas yang cukup minim. Tidak banyak bangunan ataupun tanaman, lebih banyak di dominasi tanah lapang dengan rumput-rumput yang kurang terawat. Tidak ada yang dibanggakan saat itu dengan kondisi alun-alun Batu, bahkan ketika malam tidak ada yang mau nongkrong di dalam alun alun Batu. Penerangan hanya seadanya saja, kotor dan bau pesing.

Hampir setiap hari kami memanfaatkan area lapang di alun-alun Batu tersebut untuk bermain bola. Berbekal sandal sebagai gawangnya, dan azan mahgrib sebagai peluit tanda pertandingan harus berakhir. Awal awal kami seringkali diusir oleh petugas alun-alun dengan alasan merusak rumput taman. Akan tetapi yang bermain semakin lama semakin banyak, petugas alun alun pun mulai bosan, dan kami dibiarkannya memanfaatkan tanah lapang alun alun sepuasnya. Benar benar masa yang menyenangkan. Kami dapat berolah raga murah, menyenangkan dan tentunya gratis. Bahkan kawan semakin banyak karena yang bermain bola pun  berdatangan dari kampung sebelah.

Saat ini, tampilan alun alun kota Batu jauh berbeda. Alun-alun semakin modern, bahkan menjadi trend setter wajah alun alun di Indonesia. Mungkin inilah salah satu alun alun paling ramai di Indonesia. Alun alun tetaplah sebuah ruang publik gratis yang dapat dinikmati siapapun. Semua tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Aku bersyukur menjadi anak tempo dahulu. Untuk bahagia, kadang tumbuh dari hal-hal sederhana. Sore ini, aku menikmati alun alun yang berada tepat di depan rumah sembari merenungi kesenangan masa lalu. Tentunya tak lupa secangkir kopi menemani soreku. Semoga berikutnya, Pemda dapat memberikan ruang-ruang publik untuk berolah-raga yang dapat di nikmati oleh siapapun, tanpa melalui rumitnya proses birokrasi.

Bagus Rochadi

kota Batu, 30 april 2023

Sunday, April 2, 2023

Sajak Untuk Chelsea (Echi)

 

 

Kepada senja sebelum gelap tiba, berbisiklah padanya; gelap hanya sementara. Jutaan bintang adalah pelita, selalu ada teman di kala duka.

Kepada gemuruh sebelum petir, teriaklah padanya, tak perlu ada yang ditakutkan pada takdir. Setiap getir pasti akan berakhir.


Kepada gulita sebelum surya tiba, katakan padanya; terik takkan mampu membakar mimpinya. Beranilah melawan dunia, teduh akan selalu menjaganya.


Kepada awan sebelum datang hujan, aku menitipkan pesan; pelangi tak selalu mennjanjikan. Bukan berarti keniscayaan adalah keabadian. Kebahagiaan kitalah yang ciptakan.

Batu, 02 april 2023

Bagus Rochadi

 

Tuesday, December 20, 2022

MONOLOG

Siapa yang berani melawan arus, maka dia akan menemukan mata air. Akan tetapi, hidup tidak sesederhana itu. Menjadi berbeda dan mempertahankan prinsip tentunya harus bersiap untuk tidak disukai. Dikucilkan dan jadi korban rasan-rasan.

Orang yang tersenyum di depan kita, belum tentu bersikap demikian pula saat berada di belakang kita. Bahkan orang yang kita tolong pun belum tentu akan menolong saat kita sendiri ditimpa sebuah musibah. Bisa jadi dia malah menertawakan kesusahan kita.

Pada titik ini, aku mulai meragukan keikhlasanku. Mulai bertanya tanya agama sepertinya hanya cukup sebagai memenuhi persyaratan kolom legalitas administrasi pemerintahan belaka. Bahkan ibadah tak lebih sebuh ritual keegoisan manusia. Seringkali aku merasa heran, ada manusia yang rajin beribadah akan tetapi perilakunya tidak mencerminkan sebagai manusia beragama. Sikap dan sifatnya jauh bertolak-belakang.

Perjalanan, peristiwa demi peristiwa semakin mengajarkanku bahwasannya berbuat baik saja tidak cukup. Harus ada kesabaran tak berbatas yang harus senantiasa mengiringinya. Kita tidak dapat memaksa orang lain untuk berubah, akan tetapi kita cukup dengan mengendalikan diri sendiri agar tidak terseret oleh arus.

Perlahan-lahan, aku mulai sedikit memahami kehidupan. Sekali waktu, kita hanya harus duduk diam dan menghela nafas dalam-dalam. Merelakan bahwasannya tidak semua sesuai rencana, kadang takdir menghempas diri tak berdaya. Mengikhlaskan, dan selalu berprasangka baik kepada sang pencipta.

"Duh Gusti, kulo manut skenario njenengan...."

Malang, 20 desember 2022

Sunday, December 12, 2021

SURAT UNTUK NOVIA WIDYASARI

Aku tak mengenalmu, akan tetapi kisahmu telah menggaung di telinga penduduk negeri ini. Hari ini, karena kehendak Tuhanlah aku bisa berziarah pada pusaramu. Semua bunga akan layu dan mengering, akan tetapi tidak dengan perjuanganmu. Izinkan aku menempatkan sekuntum bunga, dan mengalunkan doa doa. Mungkin benar yang dikatakan Gie, hal terbaik adalah kita tak pernah dilahirkan sama sekali.

Tak apa apabila banyak yang mengecam akhir pilihan hidupmu. Tapi bagaimana mereka semua akan memahami  beban yang engkau pikul dalam pincang duniamu, sedangkan penghujat sama sekali tak merasakan sedikitpun atas apa yang engkau alami. Aku pun meyakini, ada jutaan doa terlantun untuk kedamaianmu. Kepergianmu sekali lagi menyadarkan betapa buasnya zaman dan betapa minimnya kepedulian manusia. Ada ribuan yang berteriak, akan tetapi hanya segelintir yang ikhlas bertindak.

Kepercayaan yang susah payah engkau bangun kembali pada manusia, diporak porandakan begitu saja. Binatang saja tak akan pernah sekeji itu. Iblis di usir dari surga hanya karena tidak mau bersujud kepada Adam, sedangkan lelaki itu begitu tega mengkoyak-koyak kehormatanmu. Bahkan  si biadab itu memaksa menggugurkan janinmu. Akan tetapi engkau memilih mempertahankan calon bayi yang juga berhak atas kehidupan di dunia ini.

Kamu luar biasa Nov, tak banyak wanita yang memiliki prinsip hidup sepertimu. Aku meyakini setiap wanita tidak akan memilih aborsi apabila si lelaki bertanggung jawab. 

Hari ini kami berdiam bukan karena berhenti bersuara, hari ini biarlah hari untukmu. Kami bersuara hanya untuk melantunkan ayat ayat suci bagi kedamaianmu. Semoga duniamu disana akan jauh lebih baik daripada dunia dimana kini kami berada.

Nov, aku memahami pilihanmu. Aku menghormati perjuanganmu. Dan aku meyakini Tuhan adalah maha Pengampun lagi Maha Penyayang untuk setiap makhluk di semesta ini. Maafkan kami yang tak pernah mendengar isak parau tangismu. 

selamat jalan Nov..
Pilihanmu pula yang kembali menggugah kami untuk tidak pernah berhenti menyuarakan ketidak-adilan. Seharusnya kita bukan mengajarkan bagaimana perempuan dapat membela kehormatannya belaka, melainkan bagaimana kita para lelaki dapat menghormati para wanita. 

Disini saya berharap agar RUU PKS dapat segera di sah kan. Korban kekerasan seksual memerlukan kepastian hukum atas tindak pidana yang dilakukan oleh para pelaku. Mereka membutuhkan bantuan agar segera mendapatkan keadilan. Saya pun berharap pelaku yang berseragam coklat ini mendapatkan hukuman maksimal. Seseorang yang mengenakan seragam kepolisian seharusnya dapat menjadi teladan dalam memberikan rasa aman kepada masyarakat , bukan malah sebaliknya. 

Mojokerto, 09 desember 2021

Tuesday, November 9, 2021

ANAK ANAK MUDA DAN KEBERANIAN

 

10 november akan selalu dikenang oleh bangsa Indonesia, terutama masyarakat Jawa Timur. Saat itu digambarkan betapa luar biasa perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan kondisi seadanya. 10 November 1945 adalah perang pertama melawan pasukan asing dalam upaya mempertahankan kemerdekaan setelah setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia digaungkan. Pertempuran tersebut disebut juga sebagai salah satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

Hari ini, cita cita mulai para pendahulu kita sepertinya masih jauh dari harapan. Korupsi masih merajalela, dan kekayaan negeri kita masih dikuasai oleh segelintir orang saja. Indeks demokrasi kita semakin hari rasanya bukan semakin membaik.

Bersuara pun sepertinya tidak akan pernah di dengarkan. kebijakan negara ini sepertinya diputuskan secara semena mena oleh para penguasa dengan tidak memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara menyeluruh. 

Keberanian anak anak muda kita kini patut dipertanyakan. Mirisnya, sebagaian anak anak muda kita sekarang mengalami degradasi moral. Mereka lebih suka bergoyang goyang di sosial media, memamerkan aurat atau gaya hidup borjuisnya daripada memperbaiki negeri ini. 

Apabila mau di dengarkan, mau tak mau mereka harus mendekat pada kekuasaan agar ambisi dan kepentingan mereka dapat diakomodir oleh negara. Berbeda dengan mereka yang terus melawan, mereka harus merelakan sebagaian hidupnya jauh dari zona nyaman, dijauhi dari pertemanan dan menjadi korban rasan-rasan. Bahkan tidak sedikit yang ditangkap oleh para penegak hukum kita dengan dasar pasal-pasal karet. Pada akhirnya sebagaian dari mereka hanya memilih diam, bodoh amat terhadap masa depan negeri ini. Padahal diam tidak jauh beda dengan menormalisasikan bentuk-bentuk kezaliman.

Reformasi 98 akan dikenang sebagai salah satu perjuangan anak-anak muda menurunkan cengkraman kekuasaan orde baru selama 32 tahun. Sebuah keberanian bagaimana mahasiswa-mahasiswa saat itu melepaskan diri dari bayang-bayang kekuasaan militer. Berbeda dengan demo-demo sekarang ini yang bukan lagi menjadi sebuah sarana menyampaikan aspirasi, melainkan hanya sebuah kebutuhan untuk mengisi media sosial mereka dengan konten konten sampah. Mereka merasa keren ketika dapat berselfie ditengah aksi. Dan tentunya saya cukup merasa prihatin, tidak sedikit dari mereka yang menjadi korban kekerasan aparat yang seharusnya dalam menyelenggarakan pengamaman tetap berpegang teguh pada perlindungan terhadap hak asasi manusia yang berasaskan legalitas dan tentunya menghargai prinsip praduga tidak bersalah.

inilah refleksi bangsa kita hari ini. Keberanian generasi muda sekarang semakin diragukan, padahal nantinya mereka akan menghadapi zaman yang jauh lebih berat lagi. Selamat hari pahlawan, semoga kita selalu dapat menginspirasi anak-anak muda untuk berani bersuara dan terus melawan ketidak adilan

Bagus Rochadi

Batu, 10 november 2021

Monday, August 9, 2021

PPKM DIPERPANJANG

Sebuah dilema memang, apabila PPKM diperpanjang maka situasi ekonomi semakin sulit. Sedangkan apabila status PPKM dihentikan, bukan tidak mungkin angka penyebaran covid-19 akan semakin melonjak dan tentunya akan diikuti pula terhadap peningkatan angka kematian. Jumlah kematian Covid-19 di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia, meskipun total kasus yang terjangkit masih jauh dari USA yang menempati peringkat pertama, sedangkan Indonesia masih berada di peringkat 14. Ataukah jangan-jangan Indonesia merupakan peringkat terburuk dunia dalam penanganan pandemi Covid-19?

Saya meyakini pelonggaran PPKM bukan merupakan solusi yang tepat untuk saat ini. Sangat disayangkan pula kapasitas testing juga masih rendah, padahal pemerintah melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri mendorong agar positivity rate di bawah angka 5%.

Apakah tidak ada solusi? Harusnya ada, negeri kita tidak pernah kekurangan orang pandai. Hanya kekurangan pemimpin yang jujur, adil dan bijaksana. Awal-awal pandemi ini mulai melanda, pejabat kita masih menjadikan sebagai gurauan. Kini ketika pandemi mulai tidak dapat dikendalikan, lagi-lagi rakyat kecil yang disalahkan karena tindakan indisiplinernya. Misalnya saja aturan yang terakhir kali dipergunakan, Pemerintah tidak menggunakan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan untuk menjalankan kewajiban dalam penanganan pandemi Covid-19, namun anehnya UU Kekarantinaan Kesehatan dipakai untuk memberikan sanksi kepada warga negara yang melanggar aturan pembatasan. Bahkan pendekatan pemerintah dan aparat terhadap warga selama pandemi ini cenderung represif. 

Sepertinya Pemerintah memang tidak berani memberlakukan lock down agar terhindar dari kewajiban memberikan tunjangan kepada warganya. Sedih memang, kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia menjelang kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76 masih jauh dari harapan. Masih dapat kita jumpai kemiskinan dimana-mana. Bahkan keadilan masih jarang berpihak kepada masyarakat kecil. Bahkan lucunya, hukuman terhadap maling ayam karena kelaparan tidak selisih jauh dengan koruptor. Tidak seharusnya para koruptor mendapatkan remisi, yang seharusnya diberikan kepada para koruptor adalah kejahatan luar biasa atau tindak pidana khusus.

Bagus Rochadi

Batu, 09 Agustus 2021

Saturday, July 10, 2021

PPKM DAN EKONOMI MASYARAKAT KECIL


PPKM 3 juli sampai 20 juli itu tidak memberatkan kita semua. Bagi PNS dan komisaris BUMN mereka masih mendapatkan gaji tetap dari negara, meskipun harus work from home (WFH). Hal ini tentunya berbeda dengan konsep warung kopi. 

Aturan melarang pengunjung makan di tempat. Sedangkan   budaya ngopi di negeri kita adalah minum di tempat sembari ngobrol ngalor ngidul tentang apapun. Jangan disamakan warung kopi dengan rumah makan atau depot yang memang  memiliki konsep di bungkus dan dibawa pulang.

Tempat usaha kecil harus menyediakan tempat cuci tangan khusus, hand sanitizer, mengenakan masker, dll. Semua itu butuh biaya yang tidak sedikit. Lalu kenapa bukan negara yang menyediakan itu semua?  Sejauh manakah negara menjamin kesejahteraan rakyatnya? 

Kenapa tidak sekalian di lock down? Rakyat dijamin tidak kelaparan, dan tentunya mendapatkan jaminan kesehatan. Negara kita ini kurang apa? Singapura tidak punya sawah, tapi rakyatnya tidak kekurangan pangan. Swiss tidak punya pantai dan lautan, tapi juga tidak kesulitan mendapatkan ikan. Belanda tidak punya gunung, Saudi tidak punya hutan, bahkan Jepang pun miskin akan sumber daya mineral. Lalu kenapa kita masih terbelakang dibandingkan negara negara yang saya sebutkan di atas? 

Saya yakin, saya tidak sendirian menjadi korban aturan sepihak. Ada banyak lagi yang tentunya ingin mengungkapkan rasa kesal terhadap kebijakan pemerintah yang lagi lagi rakyat kecil harus menjadi korbannya. Terlebih lagi banyak aparat dibawah yang melaksanakan tugas tidak mengedepankan empatinya. Itulah kenapa alm. Bapak saya yang dulu mantan TNI AD tidak menginginkan saya anaknya menjadi tentara atau polisi, karena Beliau tidak ingin anaknya lebih takut kepada atasan daripada kepada Tuhan. 

Batu, 07 juli 2021

Bagus Rochadi
@waysamurai

Bagus Rochadi. Powered by Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "