Monday, November 13, 2017

Perjalanan Terberat & Terjauh Seorang Muslim

Hampir seperti biasanya, aku terjaga pada sepertiga malam. Entah kenapa kali ini saat aku terjaga, aku merenungi ulang perjalanan perjalananku.

Melihat kembali foto foto travelling yang aku pamerkan di media sosialku, aku merasa begitu sedih. Sering aku dengan penuh kebanggaan memamerkan pencapaianku kemana mana, mendaki gunung atau pun menjelajah pantai pantai. akan tetapi ketika azan usai berkumandang, aku sering kali merasa enggan untuk segera menunaikan ibadah shalat lima waktu secara tepat waktu dan berjammaah. Aku masih bermalas malasan dan asyik dengan kesibukan dunia, bahkan kadang berat sekali hanya untuk sesaat beranjak meninggalkan smartphone atau laptop.

Mendengar cerita teman teman ku, harusnya aku bersyukur terlahir sebagai Muslim yang tinggal di Indonesia. Masjid dan Mushalla hampir seluruh ada di setiap pojok persimpangan. Azan pun tak pernah terlambat dikumandangkan.

Dalam sebuah pembicaraan dengan seorang sahabat yang telah lama tinggal di Irlandia, sebagai salah satu negara dengan masyarakat Islam yang masih minoritas. Betapa sulitnya untuk menjaga wudhlu, selain itu untuk mendapatkan air disana tak semudah di Indonesia. Kemana mana sampai harus membawa air mineral dalam botol untuk berwudhlu kembali.

Akan tetapi dari ceritanya, Mbak Fefy Rachmat masih bersyukur bisa menjalankan ibadah shalat dengan merasa tenang dan aman meskipun Islam di negerinya masihlah minoritas dan masih ada pula yang memandangnya sebagai agama teroris. Beliau berpendapat, “Dibandingkan negeri negeri Islam seperti Palestina, Syuriah dan Negara Negara di timur tengah, kami masih dapat shalat tanpa merasa was was. Di banyak Negara Islam masih terjadi konflik senjata. Setiap hari dihadapkan pada situasi perang, bom bisa meledak kapanpun tanpa pernah bisa diduga,”

Harusnya saya merasa malu pada diri sendiri. Padahal jelas jelas saya pernah membaca Al An'am ayat 32, bahwasannya "Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?"

اَسْتَغْفِرُ اَللّهَ الْعَظِیْمَ

Betapa selama ini aku jauh terlena pada dunia, hingga ayat yang dulu pernah aku baca dan pahami tidak juga menggerakkan hatiku untuk lebih banyak beribadah. Malah aku lebih jauh tenggelam pada kesenangan semu. Atau memang aku sebagai manusia harus lebih banyak belajar pada kematian yang tak pernah dapat bersahabat dengan siapapun, datang dengan tiba tiba tanpa pernah diduga.

Aku merasa perlu untuk menuliskan ini, sebagai pengingat untuk diriku sendiri, betapa langkah ku semakin lama semakin mendekati kematian. Aku nggak ingin mengulang segala penyesalanku.

0 comments:

Post a Comment

Bagus Rochadi. Powered by Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "