Thursday, May 17, 2018

PILIHAN JALAN HIDUP

Kebenaran itu esa, dan sejarah tak mungkin dapat diperbaiki atau diulang kembali. Kita hanya mampu belajar dari sejarah yang acap kali memiliki pola yang sama.

Kita tak pernah tahu bagaimana Tuhan menyayangi kita. Dia yang menyesatkan, akan tetapi Dia pula yang memberi petunjuk. Dia yang merendahkan, akan tetapi dia pula yang meninggikan. Tuhan tetaplah maha pengasih dan maha penyayang. Rahmad terbaik dari sang pencipta, adalah Dia senantiasa memberikan hidayah, Dia memberikan kita keberanian untuk mampu membedakan mana yang haq (kebenaran) dan mana yang batil. Karena tidak semua orang berani menyampaikan kebenaran, apalagi jika membahayakan diri ataupun keluarganya.

Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Tan Malaka; "Barang siapa yang menghendaki kemerdekaan buat umum, maka ia harus sedia dan ikhlas untuk menderita kehilangan kemerdekaan diri-(nya) sendiri." Beliau adalah seorang pejuang kemerdekaan sesungguhnya. Beliau tidak mau berkompromi, apalagi sampai berunding dengan penjajah. Bahkan Beliau adalah seorang hafidz Quran, akan tetapi akhir hayat Beliau sungguh mengenaskan, mati oleh senapan bangsa sendiri. Bahkan pada 23 maret 1963, sang proklamator menetapkan Tan Malaka sebagai pahlawan nasional berdasarkan Keputusan Presiden No. 53 Tahun 1963 melalui usulan Partai Murba. Namun entah kenapa nama Tan Malaka seolah lenyap ketika rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto berkuasa. Bahkan hak-haknya sebagai pahlawan nasional tidak pernah dipenuhi. Namanya tidak pernah muncul dalam buku-buku pelajaran sejarah di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Buku-buku karya Beliau pun dicekal. Bahkan hingga kini, tidak sedikit yang mengenal Beliau sebagai komunis.

Aku belajar tentang bagaimana makna teman dan pengkhianatan. Sejarah beberapa kali mengulang pola, bahwa pengkhianat perjuangan adalah teman atau saudaramu sendiri. Hati hati dengan orang yang pernah tertawa bersama kita, karena kita tak pernah tahu bagaimana ketulusannya akan berlangsung lama. Tak perlu kita menjelaskan sebagaimana diri kita, cukuplah Tuhan saja yang memahami dan hanya pada Dia kita menyerahkan hidup dan mati kita.

Jangan pernah berhenti memperjuangkan kebenaran. Mungkin bagi sebagaian orang, hari pembalasan itu masih abstrak. Lucu sebenarnya, kita hidup di Negara beragama yang sejak masa pendidikan dasar kita senantiasa diajarkan tentang pendidikan agama, akan tetapi tidak semua orang beriman. Orang Indonesia lebih takut dipenjara, daripada masuk neraka. Kenapa begitu? karena penjara itu nyata nyata bisa kita saksikan melalui logika, sedangkan neraka?

Meskipun demikian, aku ingin berjiwa besar seperti seorang Buya Hamka. Bagaimana Beliau tidak memiliki dendam terhadap presiden pertama Republik Indonesia yang menjebloskannya ke penjara. Bahkan pada kematian Soekarno, Buya Hamka yang menjadi Imam shalat jenazahnya, sesuai permintaan terakhir sang proklamator sendiri. Bahkan tidak berhenti disana, Buya Hamka puntak berhenti menyanjung jasa Presiden Soekarno terhadap apa yang diwariskan pada bangsa kita. Di antara peninggalan Soekarno yang dianggap penting bagi umat Islam adalah, Masjid Baitul Rahim yang berada di Istana Negara dan Masjid Istiqlal yang merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara. Buya Hamka mendoakan jasa sang proklamator atas kedua masjid tersebut dapat meringankan dosa dosa sang proklamator semasa hidupnya.

Kita tak pernah bisa memilih lahir dimana dan dari rahim siapa, setidaknya kita masih bisa memilih mati sebagai apa. Dalam sajaknya, Chairil Anwar mengatakan; "Jangan mau jadi pengecut, hidup sekali harus berarti. Ada yang berubah, Ada yang bertahan. Karena zaman tak bisa dilawan. Yang pasti, kepercayaan harus diperjuangkan."

Terima kasih buat seseorang yang telah melaporkan saya ke polisi hari ini atas tulisan tulisan saya yang beredar di media sosial. Perlu anda ketahui, saya tidak akan pernah berhenti menulis ataupun meneriakkan kegelisahan kegelisahan saya terhadap gejolak sosial yang saya rasakan. Insha Allah saya tidak akan pernah berhenti melawan kezaliman. Dan Insha Allah saya tidak pernah membenci anda. Saya sebagai seorang Muslim memaafkan apa yang telah anda lakukan. Seperti yang saya tuliskan dalam paragraf awal, kebenaran itu esa dan hanya milik yang maha kuasa. Karena hanya Tuhan yang memahami hati masing masing ciptaannya. Semoga Allah senantiasa memberikan kita hidayah, dan menutup akhir kehidupan kita dengan qusnul qotimah.



Salam Ramadhan 

Bagus Rochadi, 1 Ramadhan 1439

0 comments:

Post a Comment

Bagus Rochadi. Powered by Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "