Terkadang segelas kopi bagiku adalah teman terbaik bersama sepi. Menemaniku menulis tentang kegelisahan, kerinduan, cinta, bait bait puisi-puisi tentang luasnya semesta dan maha besar sang pencipta.
Terkadang aku merenungkan tentang mereka yang datang dan pergi, silih berganti. Tak seorang pun yang tahu siapa yang akan datang hari ini dan kapan akan pergi. Hanya yang aku tahu, tak semua yang pergi akan berpulang kembali. Sebagaian saja dari mereka yang kemudian bersemayam jauh di relung hati.
Terkadang aku begitu suka berbaring sembari memandang bintang bintang yang bertebaran. Kuterbangkan angan hingga jauh ke batas pandang. Melukis wajah mereka yang aku rindukan pada gugusan gususan lintang. Dan ketika aku jatuh terlelap, berharap senyum mereka yang aku rindukan, dapat hadir dalam untaian mimpi mimpi.
Aku berusaha menjauhi kerumunan, dimana yang ada hanya kemunafikan. Aku berusaha erat memeluk sepi, karena ini caraku berdamai dengan diri sendiri. Mengisi kekosongan batinku dan berdialog dengan Ilahi
Aku yang dulu pernah pongah melawan zaman, kini takzim pada takdir Tuhan. Hidup terkadang terlalu rumit untuk dimengerti, akan tetapi terkadang hidup itu cukup sederhana untuk dipahami. Bukan kesepian yang mematikan, melainkan kebosanan.
Selamat tinggal Ramadhan 1439
Taqobbalallahu minna wa minkum
Barakallahu Fiikum
Selamat merayakan Idul Fitri.
0 comments:
Post a Comment