Salah satu kutipan Imam Al Gazali yang paling dikenal adalah tentang hal terberat di dunia adalah amanah. Bahkan diriwayatkan oleh Hasan ra, taklala Khalifah (pemimpin) Utsman bin Affan terbunuh, beberapa kelompok umat Islam memaksa Abdullah bin Umar menjadi khalifah pengganti. Abdullah bin Umar menolak, meskipun sekelompok orang tersebut sempat memberikan ancaman. Tawaran jabatan politik pun tak sekali dua kali ditolaknya dengan tegas.
Bahkan pada sebuah kisah yang lain di masa bani Umayyah tahun 99 hijrah, Umar bin Abdul Aziz memasukkan kepalanya ke dalam dua lututnya dan menangis sesunggukan. Di dalam tangisnya, Umar mengucapkan kalimat, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raji’uun”, sambil berujar, “Demi Allah, sungguh aku tidak meminta urusan ini sedikitpun, baik dengan sembunyi-sembunyi maupun dengan terang-terangan.” Ketika istrinya menanyakan sebab Ia menangis, sang khalifah mengatakan; “Aku sadar dan memahami sepenuh hati, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti akan meminta pertanggungjawaban dariku, sebab hal ini adalah amanah yang terpikul di pundakku. Namun aku bimbang dan ragu, apakah aku mampu dan sanggup memberikan bukti kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , bahwa aku telah melaksanakan amanah itu dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan Tuhanku. Atas dasar itulah, wahai istri dan anakku, sehingga aku menangis.”
Baginda Rasulullah sendiri pernah bersabda bahwasannya jabatan kelak pada hari kiamat hanya akan menjadi penyesalan dan kehinaan, kecuali bagi orang yang dapat menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya (HR Muslim).
Pada situasi zaman yang kian tak menentu ini, aku semakin heran dengan sikap orang orang yang begitu rakusnya berebut jabatan. Terutama bagi mereka yang berada dalam lingkup partai politik, khususnya partai partai politik yang berafiliasi Islam. Bukankah seharusnya, partai politik yang menggunakan nama Islam tersebut hanya berpedoman pada Al Qur'an dan Al Hadist sebagai pedoman.
Akan tetapi namanya juga politik. Segala cara tentunya dihalalkan. Hari ini lawan, bisa jadi esok menjadi kawan. Di Indonesia, segala sesuatu yang dikemas dengan agama cukup mudah dan selalu laris untuk diperdagangkan. Kenyataannya, manusia kini tidak lagi takut pada Tuhan, melainkan pada atasan. Lihat saja contohnya, oknum oknum yang menjabat di kemenag pun tidak segan segan menggunakan jabatan untuk memperkaya diri sendiri. Uang memang bukan segalanya, akan tetapi dengan uang mampu mengubah segala hal. Termasuk hati manusia.
Bagus Rochadi
Malang, 24 Agustus 2019
Sunday, August 25, 2019
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Bagus Rochadi. Powered by Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
0 comments:
Post a Comment