Membaca berita yang dilansir oleh detik.com,
bahwasannya kota Batu masuk kawasan red zone dengan 1 orang yang positif
covid-19. Saya merasa aneh karena berita ini diumumkan langsung oleh Ibu
Khofifah Indar Parawansa selaku Gubernur Jatim. Ada apa ini dengan pemerintahan
kota Batu? Kenapa saya tidak mendapatkan informasi apapun tentang ODP atau ODR
atau bahkan juga yang terpapar oleh virus corona? Bahkan saya membuka aplikasi
among tani yang konon katanya aplikasi tersebut senilai 9 M juga tidak
mendapatkan informasi apapun.
Ataukah ini pertanda bahwasannya tidak ada koordinasi
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah mengenai sebaran virus corona?
Seharusnya pemerintah kota Batu dan Pemda-Pemda lain lebih pro-aktif menyampaikan informasi
perkembangan wabah ini tanpa melanggar hak-hak pasien, terutama adalah
bagaimana pemerintah untuk tetap konsisten menjaga kerahasiaan identitas pasien
tersebut.
Menurut saya, penting sekali Pemerintah harus bersikap
transparan mengenai informasi wilayah dan tempat mana saja yang terdampak atau
terpapar. Penting agar publik mengetahui agar dapat segera diambil serangkaian upaya untuk
mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (mitigasi).
Merujuk pada undang undang kesehatan pasal 154 (1) UU
36/2009, bahwasannya "Pemerintah secara berkala menetapkan dan mengumumkan
jenis dan persebaran penyakit yang berpotensi menular dan/atau menyebar dalam
waktu yang singkat, serta menyebutkan daerah yang dapat menjadi sumber
penularan."
Apabila pemerintah kota Batu tidak bersikap terbuka,
dikhawatirkan akan bermunculan berita berita hoax yang akan menimbulkan
keresahan pada masyarakat. Saya menerima beberapa berita yang mengatakan bahwa
daerah A atau daerah B dan daerah C terdapat pasien yang terjangkit virus
Corona. Ketika saya melihat foto yang beredar, saya yakin itu bukan di daerah kota
Batu.
Bahkan, kemarin pada Sabtu, 28 maret 2020 ada seorang
yang pingsan di depan rumah saya. Beberapa orang tidak berani menolong, karena
takut yang pingsan tersebut terjangit virus Corona. Untuk beberapa saat, orang
tersebut tergeletak begitu saja di jalanan. Hingga kemudian Beliau terbangun,
dan memanggil tukang ojek yang mengantarkan orang tersebut pulang.
Saya baru mengetahui berita tersebut karena ada
informasi dari teman saya Rizky Ramdan. beberapa saat kemudian datanglah
petugas PMI, intel dari polsek, intel dari Koramil dan petugas BPBD. Setelah
saya coba melakukan klarifikasi ke rumah tukang ojek, ternyata korban tersebut
memiliki riwayat penyakit jantung. Miris sekali apabila masyarakat terus
dihantui oleh ketakutan-ketakutan seperti ini.
Saya berharap Pemerintahan kota Batu ke depannya tidak
perlu lagi menyembunyikan fakta yang terjadi sambil memikirkan alternatif
kebijakan yang harus diambil. Kita memang sedang menghadapi dilema tentang
sumber informasi apa yang dapat dipercaya. Media sosial dan media daring lebih
banyak mengejar click-bait dengan menuliskan judul-judul yang mengundang emosi
dan menurunkan berita-berita yang belum terkonfirmasi atau berita-berita hoaks.
Saya berharap pula para pemangku kekuasaan, pejabat terkait dan wakil rakyat
tidak lari dari kenyataan demi menjaga citra politis mereka. Terlebih lagi kota
Batu dikenal sebagai kota tujuan wisata, yang tentunya isu apapun akan
berdampak pada kunjungan wisatawan. Jangan sampai masyarakat semakin fobia dan
mengalami tekanan psikis karena hoax hoax yang beredar.
Batu, 29 maret 2020
Bagus Rochadi
0 comments:
Post a Comment