Sunday, October 1, 2017

NGOPI, ANTARA WARISAN BUDAYA DAN LIFESTYLE


Kopi akan selalu hadir dalam relasi sosial dalam tingkatan kasta apapun. Tidak bisa ditampik bahwa para pekerja pada pagi hari lazim menikmati secangkir kopi sebelum memulai aktivitas menembus kemacetan Ibukota. Kopi tidak bisa dielakkan dalam pilihan menu dan hidangan hang out di café pada sore hari. Kopi akan menjadi teman bagi insan yang mencari kekhusyukan sepertiga malam. Sepertinya tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa dalam setiap relasi sosial kita, kopi mengambil tempat yang cukup intim.



Ini mengingatkan saya kepada percakapan mengenai kegiatan menikmati kopi dalam konteks relasi sosial. Apakah aktivitas menikmati kopi merupakan sebuah budaya atau gaya hidup? Contoh sederhana yang diajukan adalah kebiasaan orang dewasa di wilayah pedesaan yang menikmati kopi dalam segala macam bentuk aktivitas sosialnya, mulai dari rumah, di kebun, di pengajian, bahkan di kedai sekalipun. Kebiasaan menikmati kopi yang berlangsung turun-menurun ini sudah menjadi budaya. Sementara itu, sebagai manusia urban, kebiasaan menikmati kopi di tempat-tempat yang spesifik di wilayah ibukota lebih cenderung dinilai sebagai sebuah gaya hidup. Susah untuk mempertahankan argumentasi bahwa kegiatan ini adalah “budaya”, ketika menikmati kopi perlu dilengkapi dengan Wi-Fi gratis yang superkencang, colokan laptop yang bersliweran, dan suasana café yang cozy.

v60 Technique

Sulit mengakhiri perdebatan mengenai aktivitas menikmati kopi sebagai sebuah budaya atau gaya hidup. Habis energi hanya untuk mempertahankan bahwa tubruk itu tradisi asli, sementara espresso dan cappuccino adalah budaya asing. Relasi sosial dalam kopi tidak bisa diputus sepihak. Seolah-olah ia hanya menjadi gaya hidup kelas menengah ibukota ketika dibandrol beberapa puluh ribu rupiah per gelasnya. Atau menjadi teman rakyat kecil ketika kopi dinikmati di warung kopi selepas berkebun. Bagi saya pribadi, aktivitas menikmati kopi adalah pembebasan.

Aeropress Technique

Ada keterhubungan relasi sosial yang jelas dan tidak terputus dalam setiap cangkir kopi yang tersaji di hadapan kita. Ada harapan dari para petani kopi ketika panen tiba untuk mendapatkan penghasilan demi membiayai keluarganya. Ada kalkulasi keuntungan oleh para tengkulak ketika harga biji kopi sedang membaik. Ada penambahan pendapatan negara ketika kopi sebagai komoditas yang bisa diekspor ke luar negeri. Ada geliat usaha ketika menjamur franchise, café atau kedai kopi di banyak tempat. Ada kalkulasi risiko yang dihitung oleh para trader dalam memantau pergerakan komoditas kopi di antero dunia. Semua aktivitas tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling terjalin dan berpilin.

Petani kopi di Batu Malang, Jawa Timur

Lalu, bagaimana soal menikmati kopi sebagai pembebasan? Pada kondisi hari ini akan lebih penting untuk memahami bahwa aktivitas menikmati kopi bukan sekadar budaya atau gaya hidup. Tetapi lebih kepada apa yang ditemukan di setiap teguknya, apa yang bisa dihayati di setiap cerita relasi sosial di belakangnya. Setiap rasa pahit, asam, manis, kecut yang dirasakan oleh lidah merupakan keistimewaan menikmati kopi, namun tersisipkan juga relasi sosial di dalamnya. Sehingga aktivitas menikmati kopi akan membawa pada lepasnya keterbelengguan otoritas tertentu yang akan mendikte cara dan preferensi dalam menikmati kopi bahkan memutus cerita relasi sosial di belakangnya. 

Coffee and Lifestyle
Bahwa rasa generik kopi adalah manis karena dicampur gula atau ritual-ritual tertentu yang perlu dilewati agar tercipta sensasi menikmati kopi yang asli. Saya kira, ngopi lebih dari sekedar budaya atau silaturahmi, bahkan bagi kaum muda yang mendeskripsikan dirinya sebagai masyarakat modern yang kekini-kinian, ngopi lebih dari sekedar life style. Jadi mari kita rumat budaya ngopi, untuk menjalin silaturahmi. Setidaknya ketika kita duduk bersama dalam satu meja, jangan asyik dengan gadget masing – masing. Makna dari ngopi adalah duduk berbincang menjalin persahabat dan saling memahami satu sama lain.




Thanks to Mr. Park from Coffee Belt in Batu City. Nice place with good coffee and friendship

0 comments:

Post a Comment

Bagus Rochadi. Powered by Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "