Thursday, October 15, 2020

CREATIVE DESTRUCTION

Baru saja membaca buku seorang ekonom Austria-Amerika bernama, Josep Scumpeter pada tahun 1942 yang menulis tentang creative destruction; sebuah konsep yang menggambarkan bagaimana tekhnologi, produk dan proses yang baru membuat konsep pendahulunya menjadi usang dan menemukan kembali bisnis, industri dan ekonomi.

Meskipun proses ekonomi menggantikan, banyak hal lama tampak sebagai sesuatu yang tidak revolusioner, kecepatan suatu inovasi terjadi di waktu belakang ini adalah sebaliknya. Ini yang disebut sebagai era distruptif.

Destruksi kreatif menjelaskan ihwal "proses mutasi industrial yang tak putus-putusnya merevolusi struktur ekonomi dari dalam, terus-menerus menghancurkan yang lama, seraya tak henti-hentinya menciptakan yang baru.

Bukunya mungkin ditulis menjelang era perang dunia 2 berakhir, akan tetapi pendapatnya tentang bagaimana kekuatan-kekuatan deskruktif-kreatif yang dilepaskan oleh kapitalisme belumlah usang. Seperti yang terjadi akhir-akhir ini, terlepas dari silang pendapat yang mengatakan bahwasannya covid-19 adalah konspirasi atau bukan, pandemi telah mengubah banyak pola kehidupan yang telah terstruktur secara massive. 

Hari ini kita merasakan daya beli di masyarakat semakin rendah , kinerja perekonomian turun, dunia usaha merugi pengangguran dan kemiskinan terus meningkat. Bahkan kelas menengah atas juga berupaya menahan tingkat konsumsi. Ini menyebabkan para UMKM kehabisan modal karena permintaan menurun. 

Dampak pemulihan ekonomi dari pelonggaran PSBB hingga hari ini belum juga di rasakan secara maksimal. Bagi saya yang bergerak di industri pariwisata masih kesulitan menyiasati pola baru. Perusahaan perusahaan besar yang biasanya menjadi target market potensial, kini seperti berusaha menyimpan amunisinya dengan meniadakan kegiatan seperti family gathering. Target market anak sekolah atau mahasiswa pun juga tidak berani mengambil resiko besar untuk melakukan studi banding atau liburan. Apalagi untuk mendapatkan wisatawan mancanegara, lebih tidak mungkin lagi mengingat negara kita menempati peringkat 4 terburuk dari penanganan covid-19.

Asumsi generasi sebelumnya masih menjadi acuan bahwasannya pekerjaan paling aman adalah menjadi PNS, bukan pengusaha, apalagi jadi rakyat jelata. 

Bagus Rochadi

Batu, 16 oktober 2020

0 comments:

Post a Comment

Bagus Rochadi. Powered by Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "