Perekonomian
kota Batu ketika masih berada di bawah naungan Kabupaten Malang bergantung pada
sektor pertanian dan peternakan. Kondisi sosial masyarakat Batu dibagi menjadi
2 golongan yang dipisahkan oleh sungai Brantas. Kasta pertama ditempati para
petani yang banyak dari mereka adalah raja-raja kecil yang menempati lor
brantas (utara sungai Brantas. Kasta berikutnya adalah yang sebagaian besar
adalah para pegawai pemerintahan dan pedagang yang mayoritas tinggal di kidul
Brantas (selatan sungai brantas).
Ketika menjadi
kotatif, perubahan belum terlalu signifikan meski muncul Jatimpark 1 sebagai
pendatang baru melawan dominasi Selecta dan Songgoriti yang bergerak di bidang
destinasi pariwisata. Imam Kabul sebagai walikota pertama di kota Batu masih mengutamakan
daerah yang religius dan pertanian.
Perbedaan besar
adalah ketika Eddy Rumpoko terpilih sebagai walikota. Batu diubah sebagai kota
wisata. Pembangunan mulai ugal-ugalan. Tentu hal ini berimbas pada perubahan
iklim di kota Batu. Secara ekonomi terjadi lonjakan yang cukup drastis.
Perekonomian yang dulu bergantung pada sektor pertanian, berubah menjadi sektor
pariwisata. Masyarakat pribumi mulai menjual tanah-tanah mereka yang kemudian
berubah menjadi hotel, villa dan destinasi pariwisata. Parahnya, Perhutani pun
mulai ikut bermain dengan mengubah alih fungsi hutan yang seharusnya sebagai penopang
paru-paru di kota Batu. Lahan hutan mulai disewakan kepada para investor untuk
berganti menjadi destinasi wisata kekinian. Hutan-hutan pun mulai ditebangi
untuk kebutuhan penunjang pariwisata. Café-café mengejar instagramable dengan
konsep pedesaan yang berada di lahan hijau. Tata ruang pun mulai kacau. Perekonomian
tentunya masih dipegang oleh pengusaha besar yang mayoritas mereka adalah
investor dari luar kota Batu.
Apabila anda
pernah check in di kota Batu, pernahkan anda mendapatkan buah apel atau susu
segar yang merupakan produk asli kota batu menjadi welcome drink di hotel
tempat anda menginap? Ini sebenernya adalah hal-hal sederhana, akan tetapi
tentunya akan sangat membantu para petani apel dan peternak susu di kota Batu
sebagai serapan produk pertanian dan peternakan mereka. Akan tetapi hari ini,
teman-teman saya petani dan peternak mulai menyerah dengan usaha yang mereka
tekuni selama ini. Anak-anak mereka tidak menjadikan pertanian dan peternakan
sebagai penopang perekonomian di masa depan.
Hari ini,
menjelang pilkada kota Batu. Terdapat 3 calon walikota, dan satu-satunya
pasangan putra daerah ada di Cak Nur dan Mas Heli. Harapan saya mereka sebagai
putra daerah, dan lahir sebagai putra petani tentunya prihatin dengan kondisi
Batu saat ini. Pekerjaan yang harus dirampungkan adalah Kembali membenahi tata
ruang kota Batu dan ngademkan Kembali kota Batu.
Saya pribadi
sebagai warga lokal yang juga memiliki usaha di bidang pariwisata merasa miris.
Tamu-tamu saya dahulu ketika awal kepemimpinan Eddy Rumpoko selalu mengatakan, batu
secara pembangunan maju pesat. Sekarang tamu-tamu saya dari luar kota
mengatakan, “Batu kok sudah tidak dingin lagi ya?”
Ancaman
kerusakan ekosistem tentunya juga harus menjadi perhatian serius Cak Nur dan
Mas Heli. Saya secara terus terang mendukung dan berharap banyak kepada mereka
untuk terpilih sebagai walikota dan membenahi carut-marut tata ruang di kota
Batu.
Batu, 03 oktober
2024
Bagus Rochadi
Indonesian Super Guide